Ada satu kebiasaaan yang sebenarnya baik dilakukan, tapi saat itu ‘gak tau kenapa aku lagi ‘gak mau melakukannya.
Biasanya, setelah mimi, Mimim menyeka mulutku dengan kapas basah dan mengeringkannya dengan tissue. Tapi di hari itu aku enggan sekali menyeka mulutku. Alasannya kenapa aku sudah lupa. Hanya setiap kali habis mimi, begitu kapas mendekat, aku langsung buang muka dan segera lari ke tempat favoritku yang hangat yaitu belakang CPU Mimim dan aku sembunyi “‘gak akan keluar lagi sampai tiba waktunya aku ingin pipis atau mimi lagi”.
Hampir setiap hari aku melakukan itu. Dan ada kesenangan tersendiri waktu aku melarikan diri.
Hahaha… Mimim marah-marah sih… tapi aku cuek aja. Walaupun Pipip dan Mba Gita sudah merayuku dengan kata-kata manis dan mainan favoritku, aku tetap bilang “Tidak Mau..!!!” dan tidak beranjak dari tempat persembunyanku.
Lebih dari empat hari aku lakukan itu. Wuiiih… sangat menyenangkan. Belum pernah aku senakal itu.
Tapi hari berikutnya, ada yang aneh yang terjadi pada mulutku.
Mulutku terasa gataaaal sekali. Aku coba garuk tapi rasa gatalnya tetap tidak menghilang.
Akhirnya aku menemui Mimimku dan memperlihatkan mulutku yang gatal itu.
Baru pertama kali aku melihat reaksi Mimim yang seketika itu terkagetkan dan segera memeriksa dengan cara mengamati keadaan mulutku. Rupanya sisa susu yang masih menempel di mulutku setiap kali aku melarikan diri menjadi kering dan menimbulkan alergi yang kuat di mulutku.
Warna mulutku kini menjadi hitam dan terasa sakit, gatal dan periiih sekali.
Beberapa jam kemudian rasa gatal semakin menyebar. Warna hitam di mulutku pun semakin meluas hingga ke bagian pipiku dan daguku.
Karena kering dan gatal, aku coba garuk untuk menghilangkan rasa gatalnya itu. Tapi bukannya hilang, malah kini mengelupas dan mengeluarkan darah.
Huaaa…. Aku panik..!!! aku pun spontan berteriak memanggil Mimim, “Mimiiiiiim…!!!!!”. Berulang-ulang aku panggil. Dan seketika itu juga Mimim datang lalu segera memberikan Rivanol dan membasuh darah yang mengalir dari luka garuk itu.
Ekspresi wajah mimim yang ‘gak akan pernah bisa aku lupakan. Benar-benar wajah yang panik.
Menyesal sekali aku tidak menuruti kata-kata Mimim waktu akan membasuh wajahku.
“Duuuh…. Kenapa dulu aku malah melarikan diri sih??!! Jadinya begini ini kan..!!!”, keluhku.
Semakin hari semakin parah.
Kulit di mukaku terkelupas, bulu dan kumis di wajahku pun menghilang.
Mimim konsultasikan masalah kulitku kepada Nini. Yang kemudian mendapat saran untuk mencoba menggunakan Pale buatan Nini yang biasa Mimim gunakan untuk bibirnya yang kering.
Perih, kering, dam gatalnya sedikit berkurang. Bagian yang kering dan berwarna hitamnya pun mulai sembuh dan mengelupas.
Tapi ternyata ada masalah baru yang kemusian timbul akibat pengobatan itu.
Entah apa dan bagaimana, aku terserang penyakit jamur kulit yang menyerang secara cepat ke bagian bawah badanku. Mulai dari mulutku sampai perutku.
Sakit, perih, dan gatal sekali jika tersentuh. Aku sering mengeluh dan tidak bisa tidur karena kain yang menjadi alas tidur pun terasa perih jika menyentuh wajahku.
Keadaan fisiknya seperti kulit kering yang mengelupas. Sepertinya asik kalau di tarik. Tapi perih sekali kalau tersentuh.
Tapi karena rasa gatalnya semakin menjadi, kulit yang kering itu sering kali suka aku tarik-tarik hingga terlepas dan berdarah.
Karena berdarahnya itu, akhirnya Mimim membasuh kulit keringku itu dengan Baby Oil yang baru Mimim beli tadi pagi untuk persediaan di kamar.
Semakin hari semain menyebar luas sampai jari tangan, jari kaki, dan ke bagian vitalku.
Mimim paniknya minta ampun. Sampai konsultasi ke berbagai dokter, kawan, dan kerabat.
Karena kejadian itu, akhirnya aku memutuskan akan selalu mau dan menurut kalau Mimim membersihkan sisa susu yang menempel di badanku, khususnya di mulutku.
Karena kejadian itu juga aku jadi dibuatkan selimut rajut dari Wool yang Mimim buat untukku. Karena aku sering kedinginan.
Alhamdulillah… setelah konsultasi dengan mereka. Dan mendiskusikannya dengan Nini, ternyata obat untuk menghilangkan jamur sangatlah mudah. Cukup dengan menjemur aku satu jam saja mulai jam delapan pagi hingga jam sembilan, jamur yang bersarang di badanku sedikit demi sedikit berkurang dan kulit yang mengelupas tumbuh lagi dengan sendirinya. Dan kemudian bulu-bulu di badanku akan tumbuh juga kemudian.
Aku menyesal dan berjanji akan nurut sama Mimim demi kesembuhanku, aku bersedia berjemur di halaman depan rumah sampai aku benar-benar sembuh.
‘Gak perlu Mimim memerintah dua kali, setiap pagi jam delapan pagi, aku sudah siap-siap ke depan bersama mimim untuk berjemur. Atau, setiap Mimim bilang “Ahaad,, moyan..!!!” (Bahasa sunda, yang artinya: ahad, berjemur), aku sudah langsung lari ke tempat yang tersinari matahari.
Di halaman depan sudah disediakan karpet kecil ukuran 50 cm x 30 cm untuk aku duduk dan menikmati hangatnya sinar matahar pagi.
Sesekali aku digendong Mimim untuk membalik-balikkan badanku agar seluruh bagian tubuhku tersorot sinar pagi itu..
Sinar yang sangat kuat yang pernah aku rasakan sampai menyilaukan mataku. Saat itu juga mataku mengeluarkan banyak airmata. mungkin untuk menetralisir sinar yang terlalu banyak masuk ke mataku.
Seperti biasa, Mimim begitu sigap merawat aku. Segera aku dibawanya ketempat yang tertutupi daun-daun pohon, dan mataku di lapnya dengan lembut menggunakan tissue.
Alhamdulillah… selain dijemur untuk mempercepat proses kesembuhan, aku pun minum susu yang banyak setiap hari, juga istirahat yang cukup.
Dan tanpa terasa, kulit yang hilang sudah kembali hadir dan bulu yang rontok sudah kembali tumbuh dengan subur, lembut, dan menebal.
.....