Sabtu, 02 Agustus 2008

4. Sakit Pertamaku.






Ada satu kebiasaaan yang sebenarnya baik dilakukan, tapi saat itu ‘gak tau kenapa aku lagi ‘gak mau melakukannya.
Biasanya, setelah mimi, Mimim menyeka mulutku dengan kapas basah dan mengeringkannya dengan tissue. Tapi di hari itu aku enggan sekali menyeka mulutku. Alasannya kenapa aku sudah lupa. Hanya setiap kali habis mimi, begitu kapas mendekat, aku langsung buang muka dan segera lari ke tempat favoritku yang hangat yaitu belakang CPU Mimim dan aku sembunyi “‘gak akan keluar lagi sampai tiba waktunya aku ingin pipis atau mimi lagi”.



Hampir setiap hari aku melakukan itu. Dan ada kesenangan tersendiri waktu aku melarikan diri.
Hahaha… Mimim marah-marah sih… tapi aku cuek aja. Walaupun Pipip dan Mba Gita sudah merayuku dengan kata-kata manis dan mainan favoritku, aku tetap bilang “Tidak Mau..!!!” dan tidak beranjak dari tempat persembunyanku.


Lebih dari empat hari aku lakukan itu. Wuiiih… sangat menyenangkan. Belum pernah aku senakal itu.
Tapi hari berikutnya, ada yang aneh yang terjadi pada mulutku.

Mulutku terasa gataaaal sekali. Aku coba garuk tapi rasa gatalnya tetap tidak menghilang.
Akhirnya aku menemui Mimimku dan memperlihatkan mulutku yang gatal itu.

Baru pertama kali aku melihat reaksi Mimim yang seketika itu terkagetkan dan segera memeriksa dengan cara mengamati keadaan mulutku. Rupanya sisa susu yang masih menempel di mulutku setiap kali aku melarikan diri menjadi kering dan menimbulkan alergi yang kuat di mulutku.
Warna mulutku kini menjadi hitam dan terasa sakit, gatal dan periiih sekali.

Beberapa jam kemudian rasa gatal semakin menyebar. Warna hitam di mulutku pun semakin meluas hingga ke bagian pipiku dan daguku.
Karena kering dan gatal, aku coba garuk untuk menghilangkan rasa gatalnya itu. Tapi bukannya hilang, malah kini mengelupas dan mengeluarkan darah.
Huaaa…. Aku panik..!!! aku pun spontan berteriak memanggil Mimim, “Mimiiiiiim…!!!!!”. Berulang-ulang aku panggil. Dan seketika itu juga Mimim datang lalu segera memberikan Rivanol dan membasuh darah yang mengalir dari luka garuk itu.

Ekspresi wajah mimim yang ‘gak akan pernah bisa aku lupakan. Benar-benar wajah yang panik.
Menyesal sekali aku tidak menuruti kata-kata Mimim waktu akan membasuh wajahku.
“Duuuh…. Kenapa dulu aku malah melarikan diri sih??!! Jadinya begini ini kan..!!!”, keluhku.
Semakin hari semakin parah.











Kulit di mukaku terkelupas, bulu dan kumis di wajahku pun menghilang.
Mimim konsultasikan masalah kulitku kepada Nini. Yang kemudian mendapat saran untuk mencoba menggunakan Pale buatan Nini yang biasa Mimim gunakan untuk bibirnya yang kering.



Perih, kering, dam gatalnya sedikit berkurang. Bagian yang kering dan berwarna hitamnya pun mulai sembuh dan mengelupas.

Tapi ternyata ada masalah baru yang kemusian timbul akibat pengobatan itu.













Entah apa dan bagaimana, aku terserang penyakit jamur kulit yang menyerang secara cepat ke bagian bawah badanku. Mulai dari mulutku sampai perutku.
Sakit, perih, dan gatal sekali jika tersentuh. Aku sering mengeluh dan tidak bisa tidur karena kain yang menjadi alas tidur pun terasa perih jika menyentuh wajahku.

Keadaan fisiknya seperti kulit kering yang mengelupas. Sepertinya asik kalau di tarik. Tapi perih sekali kalau tersentuh.
Tapi karena rasa gatalnya semakin menjadi, kulit yang kering itu sering kali suka aku tarik-tarik hingga terlepas dan berdarah.

Karena berdarahnya itu, akhirnya Mimim membasuh kulit keringku itu dengan Baby Oil yang baru Mimim beli tadi pagi untuk persediaan di kamar.









Semakin hari semain menyebar luas sampai jari tangan, jari kaki, dan ke bagian vitalku.
Mimim paniknya minta ampun. Sampai konsultasi ke berbagai dokter, kawan, dan kerabat.


Karena kejadian itu, akhirnya aku memutuskan akan selalu mau dan menurut kalau Mimim membersihkan sisa susu yang menempel di badanku, khususnya di mulutku.
Karena kejadian itu juga aku jadi dibuatkan selimut rajut dari Wool yang Mimim buat untukku. Karena aku sering kedinginan.

Alhamdulillah… setelah konsultasi dengan mereka. Dan mendiskusikannya dengan Nini, ternyata obat untuk menghilangkan jamur sangatlah mudah. Cukup dengan menjemur aku satu jam saja mulai jam delapan pagi hingga jam sembilan, jamur yang bersarang di badanku sedikit demi sedikit berkurang dan kulit yang mengelupas tumbuh lagi dengan sendirinya. Dan kemudian bulu-bulu di badanku akan tumbuh juga kemudian.





Aku menyesal dan berjanji akan nurut sama Mimim demi kesembuhanku, aku bersedia berjemur di halaman depan rumah sampai aku benar-benar sembuh.
‘Gak perlu Mimim memerintah dua kali, setiap pagi jam delapan pagi, aku sudah siap-siap ke depan bersama mimim untuk berjemur. Atau, setiap Mimim bilang “Ahaad,, moyan..!!!” (Bahasa sunda, yang artinya: ahad, berjemur), aku sudah langsung lari ke tempat yang tersinari matahari.

Di halaman depan sudah disediakan karpet kecil ukuran 50 cm x 30 cm untuk aku duduk dan menikmati hangatnya sinar matahar pagi.
Sesekali aku digendong Mimim untuk membalik-balikkan badanku agar seluruh bagian tubuhku tersorot sinar pagi itu..

Sinar yang sangat kuat yang pernah aku rasakan sampai menyilaukan mataku. Saat itu juga mataku mengeluarkan banyak airmata. mungkin untuk menetralisir sinar yang terlalu banyak masuk ke mataku.
Seperti biasa, Mimim begitu sigap merawat aku. Segera aku dibawanya ketempat yang tertutupi daun-daun pohon, dan mataku di lapnya dengan lembut menggunakan tissue.




Alhamdulillah… selain dijemur untuk mempercepat proses kesembuhan, aku pun minum susu yang banyak setiap hari, juga istirahat yang cukup.

Dan tanpa terasa, kulit yang hilang sudah kembali hadir dan bulu yang rontok sudah kembali tumbuh dengan subur, lembut, dan menebal.


.....

3. Pengalaman Pertamaku Belajar Pipis Sendiri


Waktu minggu-minggu pertama, kalau pipis suka ‘gak sadar. Tau-tau basah. Aku kaget dan langsung memanggil Mimim.

Pastinya dengan suara yang lantang. Dan seperti biasa, Mimim langsung datang menghampiri dengan tergesa-gesa. Dan tidak pernah lupa selalu diikuti dengan sapaan yang lembut, “Ahaad?!… sudah bangun rupanya!!”. “Pipis nggak??”.

Dan mungkin karena aku seekor kucing, bila pertumbuhanku dibandingkan dengan pertumbuhan manusia, pertumbuhanku jauh lebih cepat.


Dalam umur satu bulan, aku sudah diajarkan pipis sendiri oleh Mimim. Walaupun, yaaah… masih agak ‘gak pede. Tapi dengan berjalannya waktu, aku bisa pipis sendiri.

Hal pertama yang Mimim ajarkan mengenai pipis adalah, “kalau pipis aku harus jongkok, hampir terduduk”. Biasanya aku agak lama untuk bisa segera pipis. Kata Mimim sih karena akunya kurang konsentrasi. Abiis… kalau pipis pasti ditungguin. “Kan Malu..!!!”

Terus kalau sedang jongkok pun, setiap lima detik sekali Mimim pasti menanyakan hal yang sama tanpa berhenti, “Udaah..?? Udah..??”, teruus saja. Jadi,, gimana mau pipis, yang ada malu dan memperhatikan Mimim bicara.

Pertama kali pipis, aku tidak langsung di tanah. Melainkan di lap ompol. Aku memberi istilah dengan nama itu. Kalau Mimim memberi istilah “Popok Pipis Ahad”. Bahan yang digunakan biasa aja.

Mimim beli popok itu di Pasar Baru. Biasanya orang-orang menggunakan lap itu sebagai lap rumah tangga. Seperti untuk lap tangan, lap piring, dan lain-lain. Itu loh.. yang bentuknya segiempat bergaris-garis.

Popokku banyaak… ada sepuluh buah. Biasanya digunakan secara bergiliran. Setiap hari aku menghabiskan empat buah popok. Popok yang sudah digunakan dari pagi berangkat ke kantor sampai pulang ke rumah dicuci. Lalu di jemur. Nah.. malamnya menggunakan popok yang ada di lemariku. Dan yang lain untuk cadangan kalau-kalau empat popok yang basah masih kurang kering.

Mimim biasanya menjemurnya di bagian belakang kulkas punya Nini. Katanya sih agar lebih cepat kering.
Setelah selesai pipis, Mimim langsung membersihkan bagian belakang badanku dengan kapas yang diberi air hangat. Lalu menggunakan tissue untuk menyerap air yang tersisa di badanku. Aah… repot juga ya kalau dipikir-pikir. Tapi demi menjaga kebersihan badanku, semua itu Mimim lakukan dengan senang hati.
Terimakasih Mimim.




Beberapa bulan kemudian aku sudah bisa pipis sendiri dengan lancar dan pede. Alas yang digunakan pun sudah berbeda. Bahan yang digunakan berikutnya dari tissue kotak sebanyak dua lembar. Kalau Mimim dan Pipip belanja kebutuhan bulanan rumah dan kantor, pasti Mimim mengajakku. Aku biasanya disimpan di bagian belakang troli.

Kalau aku lihat, biasanya ibu-ibu yang lain mempergunakan bagian belakang troli itu untuk menyimpan tasnya, bahkan mendudukan anaknya yang masih balita di tempat itu. Kalau aku sih enaaak… alasnya menggunakan baju hangat, lalu aku, dan diselimuti oleh bagian baju hangat lainnya.

Nah, kalau Mimim belanja, ‘gak akan lupa selalu menyelipkan tissue yang bergulung dan yang berbentuk kotak untuk pipisku.




Tempat pipisku yang baru menggunakan ranjang untuk buah-buahan dari rumah Nini (pinjem Ni…) yang di lapis plastik lalu menggunakan perekat untuk mencegah plastik bergeser kesana-kemari dan mencegah kebocoran.
Sebelum aku pipis, biasanya aku memanggil Mimim dulu. Dengan suara miaw kecilku yang panjaaaang, “Miaaaaaaaaaaw...!!!!”, Mimim akan segera datang menyambutku, mengantarku ke tempat pipisku, lalu aku segera jongkok dan… “weeerrrrrrr”.

Setelah aku pipis, aku dengan senang hati langsung menghampiri tangan lembut Mimim yang akan segera membasuh sisa pipisku.
Setelah dibersihkan, aku akan berpindah tangan ke tangan Pipip lalu Mimim segera membersihkan bekas pipisku dan menggantinya dengan tissue yang baru.

Aku belum dulu bobo, karena setelah pipis aku ingin mimi dulu dong….!!! Haha…
Sekarang lain dengan dulu. Semenjak aku berumur empat bulan, Mimim mengajarkan aku untuk pipis di pasir khusus pipis kucing yang di belinya di Petshop. Aku punya kartu member loh…!!! Nah… sejak saat itu lah sampai sekarang, kalau aku pipis selalu ingin di pasir itu.

Aku gali dulu hingga cukup dalam agar air pipis itu tidak menempel di ekor pendekku. Lalu aku duduk seperti yang Mimim ajarkan dulu.

Jadwal pipis aku sudah rutin sekarang. Kalau pagi, aku pipis setiap jam delapan, siang jam dua, dan malam jam sembilan sebelum bobo. Beda dengan dulu waktu aku masih kecil. Jadwalnya selalu berubah dan sering. Mungkin karena aku masih banyak minum susu.




Ngomong-ngomong tentang pipis, aku pernah lihat kucing raksasa yang sama-sama tinggal di rumahku sekarang punya kebiasaan aneh. Suka menciumi sesuatu khususnya bahan plastik dan kayu. Tingkah laku yang pertama mereka lakukan menggesekkan badannya, lalu membelakanginya, terus “Crooot…!!!”. Baunya pun aneh sekali. Dan cairan itu bisa terus basah hingga beberapa hari kedepan.

Iyuuuhh….,, Apakah itu pipis dengan cara yang lain ya?! Atau ada maksud tertentu??. Aku tidak tahu bagaimana caranya. Dan aku tidak mau seperti itu. Karena, kalau mereka sudah begitu, Teteh Teti kakaknya Pipip, biasanya suka langsung memarahi mereka. Kadang pukulan ringan di paha bisa mereka dapatkan kalau mereka pipis di barang-barang kesayangan atau barang-barang penting Teteh. Aku tidak mau sampai dipukul Mimim.

Untuk menghindari mereka melakukan Upacara Adat seperti itu misalnya di kantor Mimim, begitu mereka mau lewat ke kantor Mimim jalan mereka dituntun dari pintu dalam kantor sampai keluar. Sering kali Pipip yang sering melakukan hal lucu itu. Hahaha… dengan muka bete, mereka terpaksa segera pergi, atau mereka kena marah Teteh lagi.

Hal yang anehnya lagi, apakah hal itu hanya terjadi pada kucing jantan saja ya?! Temanku Ibut kucing betina, tidak pernah seperti itu rasanya. Ah.. entahlah.

.....

2. Hari-hariku yang hangat,, selalu di habiskan dengan mimi dan tidur.




Selalu seperti itu,, Mimi dan tidur.
Namaku Ahad. Mimim bilang sih diambil dari hari dimana aku ditemukan. Tepatnya Minggu, 2 April 2006. Hari Ulang Tahun Mimim 1 minggu setelah aku.

Waktu Ulang Tahun Mimim, kami mengadakan acara rutin Syukuran Keluarga dan Selamatan atas hadirnya aku.
Terimakasih.


Karena Mimim punya perusahaan yang sudah lama dikelolanya, setiap pagi sampai malam aku diajak ke kantornya.





Enak sekali loh,, kalau aku lapar,, tinggal bilang “Mimiiiim,, lapaaaaar…!!!!”. Lalu dengan sedikit gerakan yang menimbulkan bunyi pada dus coklat itu, Mimim pasti segera datang.

‘Gak hanya itu,, kalau aku pipis pun tinggal melakukan hal yang sama, Mimim akan segera datang. Pertama-tama Mimim menghampiriku, lalu menyapaku “Ahaad?!… sudah bangun rupanya!!”. “Pipis nggak??” sambil memeriksa popokku basah atau tidak. Kalau aku lapar, aku berteriak sangat keras dan cepat minta mimi. Kalau aku pipis, aku teriak juga tapi agak lambat dan segera meraih tangannya untuk minta dibersihkan.

Sambil memelukku, Mimim dengan segera mengganti alas tidurku, popokku, selimutku, dan segera membersihkan badanku. Setelah dibersihkan, biasanya aku disimpan kembali ke dalam dus coklat itu dan Mimim sibuk membuat mimi untukku.

Aku menunggu dengan sangat tidak sabar, sambil memperhatikannya bulak-balik melewatiku.
Mimim bisa sibuk sekali kalau sedang mengurusku, ternyata ada tamu yang mau memesan kebutuhannya. Sementara di kantor belum ada siapa-siapa, Pipip belum datang, Mba Gita datang siang jam 10.

Tapi Mimim tidak pernah membiarkan aku dalam keadaan lapar. Mimim selalu permisi pada konsumen untuk mengurus aku dulu hingga selesai. Biasanya aku diajak ke meja depan, lalu memperkenalkan aku dan memberi aku mimi di tangannya di depan konsumen juga.

Setiap hal ini terjadi, konsumen pasti langsung memujiku dan memuji Mimimku.
Macam-macam yang mereka tanyakan. Urutan yang paling sering adalah, “Namanya siapa?”, “Nemu? dimana?”, “Kok mau sih ngurus anak kucing?”, “Emang bisa?”, “Miminya apa?”. And bla... and bla... bla... bla…!!!

Mimim dengan ramah menjawab semua pertanyaan mereka. Dan ‘gak lama Pipip datang.
Ternyata Pipip adalah rekan kerjanya Mimim yang Mimim kenal sejak Kantor di Jalan Dago baru di buka.




Setelah selesai dibersihkan dan mimi, aku langsung bobo. Tapi, kalau Mimim simpan aku di dus aku suka ‘gak mau tidur. Aku inginnya tidur di telapak tangannya yang hangat atau dipelukkannya. Walaupun sering kali kalau aku bangun pasti sudah ada di dus lagi. Aku bisa mengerti, karena pasti Mimim dan Pipip sibuk ngurusin konsumen.
Asal aku ‘gak dicuek-in, aku ‘gak apa-apa. Hal yang sangat lucu, kalau Mimim sedang sibuk, biasanya Pipip yang mengambil alih untuk menidurkan aku.

Tapi setiap kali Mimim minta Pipip menidurkan aku, bukan hanya aku yang tidur. Pipip pun suka ikut tidur, Hahahaha……


Katanya sih suka jadi ngantuk kalau lihat aku tertidur pulas. Jadi tanpa disadari, Pipip juga ikut-ikutan tidur. Hahahaha…..




Dan yang bikin tambah asiknya lagi, Mimim itu orangnya rajin sekali mengabadikan segala kondisi. Khususnya momen-momen keluarga. Dan menjadi pembahasan hangat di setiap waktu luang. Huaah… jadi ngantuk…!!








Tempat yang aku suka untuk tidur adalah tempat yang hangat. Dan alangkah senangnya lagi kalau aku bisa tidur dengan cara diapit oleh barang-barang yang membuat tubuhku semakin hangat. Contohnya pakai selimut lembut, atau bantal kecil yang lembut.


Tapi tanpa disadari juga, aku senang tidur di telapak tangan Pipip. Entah kenapa, tangannya selalu terasa hangat. Mimim bilang bisa hangat gitu karena darah Pipip yang panas. Kok bisa ya?! Aah… daripada bingung memkirkan hal itu, aku lebih suka langsung saja tidur.







.....

Jumat, 01 Agustus 2008

Namaku Ahad,, Miaaww...

Kata Pengantar

Assalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Segala Puji bagi Allah Kami ucapkan, karena hanya Allah S.W.T. yang menjadikan hidup kami (Ahad sekeluarga) selalu diberkahi, dilindungi, dan segala do’a yang kami utarakan selalu diijabah.
Isi buku ini menceritakan tentang aku mulai dari aku di temukan sama Mimim sampai saat ini aku beranjak remaja.
Banyak kejadian suka duka yang aku alami. Di beberapa halamannya akan aku selipkan foto-fotoku agar buku ini menjadi lebih menarik dan ‘gak bikin ngantuk, heheh…
Semoga juga buku ini menjadi teman pengisi waktu dimana pun teman-teman berada.
Walaupun banyak kekurangan dan mungkin hal-hal yang berlebihan dalam penyampaiannya, semoga bisa dimaklumi dan sebelumnya aku mohon maaf.

Salam sayang…..


Ahad bin Zjunias
Maret 2007

Jumat, 25 Juli 2008

Ready On Plate

Kalau ke Rumah Honje,, Ahad pasti nyariin Baki ini. Gak tau kenapa meni hobby pisan tidur di Baki ini teh. Nini langsung Komplain...
" Aduuuuh.... Wadah Sayur kuu.....!!! Si Ahad Teh Kumaha Nyaaaa.....!!!!! Teteeeh,, ieu Si Ahad naa.. Ah.. Mam gak suka..!!!"

Ahad nya cuman narik kuping ke belakang... dan gak peduli.

Kalau aku sih seneng aja,, jadi Ahad anteng di rumah. Pernah sampai 2 hari Ahad gak pulang. Kalau gak salahsaptu-minggu, tanggal 21-22 Juni 2008. Selama Ahad belum pulang, Mimim gak bisa tidur. Malem kedua gak tahan worried,, Pipip, Papap, dan Mimim (sambil nangis) nyariin sampe jam 12 malem dibantu sama Bpk. Rt 02. Ketemunya juga sama Pak RT. Hanaz Mimim nagis darah,,, begitu ketemu, Ahad na malah pergi menjauh pake langkah cepat dengan kuping kebelakang.

Ahad mank gak seneng deket2 manusia lain. Apa lagi dipanggil2. Semenjak kenal cewek,, Gengsinya Tinggi beraat..!!!!

Mimim mank mendidik Ahad seperti itu. Minggu pagi pulang dengan wajah takut dimarahin. Kuruuuusss.... banget. Badannya kotoooooor banget. Sesudah makan, langsung dimandiin pake air anget dan Shampoo favoritnya.

Tapi malem minggu setelah liat Ahad baik-baik aja,, mayan tenang dan bisa tidur.

Dasar Ahad Nyaaaa......!!!!!